Sekretaris Jenderal Partai Negoro, Alip Purnomo, menyatakan bahwa keputusan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk mengusung Anies Baswedan dalam Pilgub Jakarta 2024 akan sangat dipengaruhi oleh dinamika internal partai.
Dalam pernyataannya pada Sabtu, 24 Agustus 2024, Alip menegaskan bahwa secara strategis dan taktis, PDIP memiliki peluang yang cukup besar untuk mengusung Anies sebagai calon gubernur.
Alip mengamati bahwa saat ini, terdapat angin perubahan yang kencang menyusul aksi mahasiswa yang menolak rencana revisi Undang-Undang Pilkada yang dinilai penuh rekayasa oleh DPR.
Ia menganggap bahwa langkah DPR tersebut merupakan upaya licik dari para politisi yang ingin menghalangi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memberi kesempatan bagi Anies untuk diusung oleh PDIP, satu-satunya partai yang tersisa di Jakarta setelah adanya persekongkolan koalisi KIM Plus.
Lebih jauh, Alip berpendapat bahwa keputusan PDIP untuk mengusung Anies dapat membantu memperbaiki citra partai yang selama ini dianggap bermusuhan dengan kelompok Islam.
Anies, meskipun nasionalis, memiliki citra sebagai representasi suara pemilih Islam yang penting bagi PDIP.
Hal ini dinilai strategis untuk membangun jembatan rekonsiliasi antara kelompok nasionalis dan religius, sehingga dapat menyembuhkan luka lama yang belum sepenuhnya pulih.
Anies juga dinilai sejalan dengan visi pembangunan kota ala PDIP yang pro wong cilik.
Selama kepemimpinannya di Jakarta, Anies berupaya untuk membangun kota tanpa menggusur warganya, melindungi eksistensi kampung kota dan kaum rentan lainnya.
Dengan tagline ‘Maju Kotanya Bahagia Warganya’, Anies menunjukkan pendekatan baru dalam menjadikan Jakarta sebagai kota global yang humanis.
Dari segi taktis, PDIP dihadapkan pada pilihan untuk menang atau kalah. Berdasarkan berbagai survei, Anies masih menempati posisi teratas, dan peluangnya untuk menang sangat terbuka.
Jika PDIP memilih untuk mengusung calon lain, risiko kekecewaan dari kelompok perubahan dapat berdampak negatif pada calon tersebut.
Saat ini, Anies dan PDIP bisa menjadi simbol perlawanan terhadap politik dinasti yang didominasi oleh Jokowi.
Kolaborasi antara PDIP dan Anies sangat penting untuk membentuk front perlawanan bersama.
Keterpisahan antara PDIP dan Anies hanya akan menguntungkan Jokowi, yang merupakan musuh bersama kelompok perubahan.
Dengan mempertimbangkan semua faktor ini, keputusan PDIP untuk mengusung Anies Baswedan bukan hanya soal strategi politik, tetapi juga langkah untuk menciptakan sebuah rekonsiliasi yang lebih luas dalam politik Indonesia.(*)